Penelitian terhadap para eksekutif personalia yang terkemuka untuk bisa mengungkapkan faktor faktor yang bisa mempengaruhi keberhasilan suatu wawancara di ilhami oleh robert half, inc, perusahaan yang merekrut eksekutif di bidang keungan, akuntansi, dan pengolahan data yang terbesar di dunia.
subject penelitian terdiri dari 100 orang direktur personalia dan manajer, separuh bekerja di berbagai perusahaan fortune 500 dan separuhnya dipilih dari buku panduan “who’s who in the american society for personnel administration”
hasil dari penelitian menunjukkan bahwa :
- para pewawancara sangat memperhatikan penampilan pakaian yang rapi dan serasi
- para pewawancara menyukai calon pegawai yang bersemangat dan mudah memberi tanggapan
- mengajukan pertanyaan tentang pekerjaan
- tidak menanyakan secara langsung tentang gaji atau fasilitas menguntungkan lain pada awal wawancara
- walaupun anda sangat membutuhkan pekerjaan itu, jangan menunjukkannya
- Jangan membesar besarkan keterampilan atau keberhasilan anda
- Para pewawancara lebih menyukai calon karyawan yang pandangan matanya menatap mereka secara langsung
- Para pewawancara menyukai calon karyawan yang telah mengetahui seluk beluk perusahaan
- para calon karyawan yang tampak sangat yakin akan dirinya jauh lebih besar kemungkinannya meninggalkan kesan positif bagi pewawancara dari pada mereka yang bertindak malu malu
Perusahaan perekrutan karyawan mencatat bahwa hasil penelitiannya tersebut tidak menjamin sepenuhnya karyawan akan diterima, namun akan memperbesar kemungkinan untuk diterima.
Mencocokkan karyawan dengan organisasi dan pekerjaanya
Mencocokkan kemampuan dan ketrampilan karyawan sesuai dengan persyaratan kerja merupakan inti dari proses penyaringan, seleksi dan penempatan.
Psikologi industri dan organisasai dewasa ini lebih menekankan pada kesesuaian antara keperluan, nilai, dan harapan karywana dengan apa yang ditawarkan organisasi serta pekerjaan
Wanous, 1980, mengemukakan suatu cara untuk mencocokkan individu dengan pekerjaan dan organisasi, yang disebutnya sebagai model pasangan ( matching model ) . Sudut praktis model ini adalah tinjauan awal pekerjaan nyata ( RJP, realistic job preview ), yaitu memberikan informasi secara langsung tentang organisasai dan pekerjaan dicapai dengan menggabungkan wawancara film, satu hari bekerja, sampel pekerjaan, atau diskusi kelompok dengan pegawai yang sudah ada.
Konsep tersebut berasal dari hasil penelitian terhadap organisasi yang seringkali mengalami kegagalan dalam usaha memenuhi harapan yang di utarakan selama proses perekrutan dan penyaringan tradisional ( pada saat pelamar menampilkan sisi terbaiknya ).
kesenjangan antara harapan kerja dan kenyataan kerja, dapat menimbulkan perasaan ketidakpuasan terhadap perusahaan dan pekerjaan, dan peningkatan jumlah keluar masuknya karyawan, ongkos prekrutan, penyaringan dan seleksi.
Dengan RJP, bila calon karyawan kurang merasa tidak yakin perusahaan akan memberikan harapannya, maka mereka dapat mengundurkan diri. Kedua, calon karyawan yang memtuskan untuk menerima pekerjaan akan mengurangi rasa kekecewaannya di kemudian hari.