By
Wiwien Dinar Pratisti
Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
pengantar
- Why introduce into science an unneeded term, such as emotion, when there are already scientific terms for everything we have to describe?
- I predict: the “will†has virtually passed out of our scientific psychology today; the emotion is bound to do the same.
- In 1950 American Psychologist will smile at both these terms as curiosities of the past (pendapat yang kontra dengan pembahasan tentang emosi)
- The emotions have always been of central concern to men.
- In every endeavor, in every major human enterprise, the emotion are somehow involved.
- Almost every great philosopher from Aristotle to Spinoza, from Kant to Dewey, from Bergson to Russell has been concerned with the nature of emotion and has speculated and theorized about its origins, expressions, effects, its place in the economy oh human life.
- Theologians have recognized the significance of certain emotions in connection with religious experience and have made the training of emotions a central, if implicit, part of religious training.
- Writers, artists, and musicians have always attempted to appeal to the emotions, to affects and move the audience through symbolic communication.
- And the development in the last half century of psychoanalysis, clinical psychology, and psychosomatic medicine has brought the role of emotion in health and disease sharply to our attention (pendapat yang mendukung pentingnya mempelajari emosi)
Penelitian tentang EMOSI:
- Tahun 1983: penelitian Warga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara emosi dengan memory.
- Tahun 1990-an : Daniel Goleman menyampaikan peran kecerdasan emosi dalam dunia kerja. Orang yang cerdas secara emosional akan lebih sukses menapaki jenjang karir (pendapat yang mendukung pentingnya mempelajari emosi)
Definisi emosi
- Early theory, tokohnya: Aristoteles, Rene Descartes, Darwin, McDougall, James-Lange, Canon-Bard, Papez, Duffy
- “the bodily changes follow directly the perception of the existing fact, and that our feeling of the same changes as they occur is the emotion†(James-Lange)…perubahan fisik akan mengikuti persepsi terhadap suatu fakta, dan perasaan yang mengikuti perubahan tersebut dinamakan emosi.
- “the peculiar quality of the emotion is added to simple sensation when the thalamic processes are aroused†(Canon)
- Phenomenological Theory, tokohnya: Stumpf, Buytedjik, Rapaport, Pradines, Hillman, Fell, de Rivera, Denzin, Stein-Trabasso and Liwag.
- “Emotion is self-feeling, emotions are temporarily embodied, situated self-feeling that arise from emotional and cognitive social acts that people direct to self or have directed toward them by others†(Denzin)
- “lebih banyak membahas ttg bagaimana proses terbentuknya emosi, apa yang menimbulkan emosi dan dampak yang ditimbulkanâ€
- Behavioural theory. Tokohnya: Watson, Harlow & Stagner, Amsel, Millenson (mengemukakan model 3 dimensi tentang intensitas emosi), Weiskrantz, Hammond, Gray, Staats&Eifert.
- “an emotion is an hereditary ‘pattern-reaction’ involving profound changes of the bodily mechanism as a whole, but particularly of the visceral and glandular systems†(Watson)
- Physiological Theory. Tokohnya: Wenger, Young, Lindsley, Gellhorn, Bindra, Fehr &Stern, Maclean, Plutchick (mengemukakan bahwa intensitas emosi membentuk dimensi vertikal dari sebuah kerucut, yang terbagi dalam 8 bidang), Rolls, Panksepp, Scherer, Cacioppo, McGuire.
- “Emotion is an inferred, complex sequence of reactions, including cognitive evaluation, subjective change, and autonomic and neural arousal impulses to action†(Plutchick)
Elemen dalam emosi
- Kognitif: karena emosi merupakan pengalaman sadar seseorang.
- Fisiologi: karena menimbulkan perubahan fisiologis misalnya gerakan reflek atau perubahan hormonal
- Perilaku : karena dapat dilihat melalui ekspresi emosi
Jenis Emosi
- Warga (1983) menyatakan bahwa pada dasarnya emosi terdiri atas 5 macam, yaitu Fear, love, anger, sorrow, joy (happiness) sehingga bisa disingkat menjadi (FLASJ(H)).
- Love dan anger merupakan hal yang bertolak belakang; demikian juga dengan sorrow dan joy.Banyak istilah yang digunakan untuk menggambarkan tingkatan love ataupun anger yang dapat diumpamakan membentuk suatu kontinum yang dimulai dari love-affection-attraction-annoyance-irritation-anger.
- Kontinum juga dapat dilihat pada tingkatan sorrow menuju joy, yaitu sorrow-grief-despondency-happiness-ecstacy-joy.
- Sedangkan kombinasi antara kedua kontinum merupakan dua garis yang saling bersilangan, garis horisontal merupakan garis love-anger, garis vertikal merupakan sorrow-joy (dari bawah).
- Millenson menyatakan bahwa (1) terdapat tiga emosi dasar pada manusia yaitu anxiety, elation dan anger dimana ketiganya berada pada sumbu Y,Z,X; (2) sejumlah emosi hanya berbeda dalam intensitas.
- Plutchick mengemukakan bahwa intensitas emosi membentuk dimensi vertikal dari sebuah kerucut, yang terbagi dalam 8 bidang
- Lazarus menyatakan bahwa
- Sejumlah kata dapat digunakan untuk menggambarkan status emosi, misalnya angry, fearful atau grieving; namun terdapat sejumlah kata yang kurang menggambarkan emosi meskipun sangat erat kaitannya dengan emosi, misalnya terharu, kekerasan.
- Emosi dapat menjadi trait atau karakter yang menjadi kecenderungan seseorang untuk bereaksi secara lebih emosional dibandingkan orang yang lain. Misalnya seseorang dinyatakan sebagai pemarah karena dia lebih mudah marah dibandingkan orang lain ketika menghadapi suatu peristiwa yang sama. Emosi juga dapat menjadi state atau kondisi yang berubah-ubah sesuai tuntutan lingkungan. Artinya seseorang dapat menjadi marah karena lingkungan memang menuntutnya untuk marah.
- Emosi akut dan mood merupakan dua tipe emosi. Mood sering digambarkan dengan menggunakan istilah happy, joyful, cheerful, carefree, apprehensive, excited, irritable, angry-hostile, atau melancholy depresed. Mood merujuk pada kehidupan seseorang yang lebih luas, mendalam dan eksistensial; sedangkan emosi akut lebih bersifat sementara, segera dan relatif sesuai dengan tuntutan lingkungan.
- Struktur mood dapat dilihat pada gambar 2.1. halaman 63, emotion and adaptation, by Lazarus.
- Ekman & Friesen (1984) menyatakan bahwa emosi fundamental pada seseorang terdapat 6 macam, yaitu happiness, sadness, anger, fear, surprise, disgust.
- Banyak ahli yang menggunakan pendapat Ekman & Friesen ini untuk melakukan penelitian tentang emosi. Antara lain, penelitian lintas budaya.
Unsur kesamaan budaya di dalam pengalaman emosi
- Ekman & Friesen (1975) melakukan penelitian tentang ekspresi emosi dengan mengunakan foto wajah dengan beberapa macam ekspresi, yaitu happiness (kebahagiaan), sadness (kesedihan), anger (kemarahan), fear (ketakutan), dan disgust (jijik).
- Hasilnya menunjukkan bahwa di Amerika, Brazil, Chili, Argentina, Jepang, dan New Guinea, ekspresi emosi yang berupa fear, disgust, happiness serta anger dapat dipahami dan memiliki arti yang sama
Unsur perbedaan budaya dalam pengalaman emosi
- Di Tahiti, tidak memiliki padanan kata yang sama dengan sadness;
- Beberapa negara non barat, kurang memiliki kosa kata yang dapat menggambarkan depression;
- Di Eskimo dan Yoruba, tidak mengenal kata anxiety;
- Di Quichua of Equador, tidak memiliki padanan kata untuk remorse.
- Ternyata ekspresi emosi nonverbal juga menunjukkan perbedaan berdasarkan budaya, misalnya suku Ifaluk of Micronesia membatasi ekspresi emosi happiness karena mereka yakin bahwa emosi tersebut akan menyebabkan seseorang menolak untuk melaksanakan tugasnya;
- orang Jepang terbiasa menekan emosi negatif di hadapan publik serta menutupi emosi kemarahan, kesedihan, dan disgust dengan “muka datar†dan senyum yang sopan.
Variabel dalam emosi
- Terdapat empat variabel emosi yang bersifat observable, yaitu :
- aksi, misalnya serangan, menghindar, bergerak menuju atau menjauh dari suatu tempat atau seseorang, mengeluarkan ekspresi wajah,
- reaksi fisiologis, misalnya aktivitas otonomik dari sistem saraf, aktivitas otak, sekresi hormonal,
- apa yang diucapkan oleh seseorang untuk menggambarkan bahwa dia sedang marah, cemas atau bangga, atau ketika sedang berusaha mengingkari emosi,
- suasana lingkungan dan konteks dimana suatu emosi terjadi, dapat bersifat sosial, budaya ataupun fisik.
Terdapat empat variabel emosi yang bersifat unobservable, yaitu:
- kecenderungan aksi,
- pengalaman emosional yang bersifat subjektif,
- hubungan antara individu dengan lingkungan, yang menjadi perantara antara motif dan keyakinan seseorang dengan tuntutan lingkungan,
- proses coping,
- proses appraisal.
Add A Comment